go to Bojonegoro

Melakukan perjalanan ke rumah teman sangat menyenangkan. Aku sebut making traveling to fren’s home.
Nah, kali ini aku traveling ke Bojonegoro. Tepatnya menyambangi salah satu temanku yang ada disana, ialah Hadi kakak kelas yang udah go out, lulus kuliah tahun kemarin. Itung-itung sembari maen silahturahmi juga dink! Seraya membawa bendera silahturahmi aku akan lintas desa-desa sekitarnya plus ada rencana maen ke kota Bojonegoro. Sip, lebih jelasnya ikuti traveling ku yang berikut ini…
Persiapan dan keberangkatan
Sepertinya, aku orang yang suka teledor waktu. Coba saja pagi ini pukul 7.00 waktu Surabaya, sabtu 21 Juni 2008, aku masih ‘bermain-main ria’ tanpa ada persiapan berangkat padahal jadwal keberangkatan kereta api ke Bojonegoro pukul 9.30. hm, nekat juga aku, hehe.
Merasa takut ketinggalan kereta, aku pun cepat-cepat bergegas ke kamar mandi + toilet. Hm, padahal ritualku di dua tempat tersebut boleh dikatain ngetime tapi kok gak ada kuatir sama sekali ya?! Setengah jam kemudian, aku masih bisa beranalisa, ke terminal Jayabaya 30 menit, ke Stasiun Pasar Turi 30 menit. Hm, masih ada waktu dikit buat sarapan pagi, padahal Edi (temen yang nanti rumahnya aku kunjungi) sudah ketar-ketir takut terlambat kereta, tapi dia akhirnya setuju untuk sarapan juga. Yawdah, sembari menunggu mas Meizir yang beli makananya, aku ganti baju plus memasukkan barang-barang ke dalam tas. Tapi, tak disangka, rupanya mas Meizir ngantri lama beli makanannya. Waduh, cemas juga nech, padahal jarum jam terus berputar hingga sukses sekitar 8.20 mas Meizir nyampe kos membawa nasi bungkusannya. So, langsung tancap nafsu makan yang akhirnya pukul 8.30 aku dan Edi keluar dari kos. Kemudian cegat Lyn, kita pun meluncur ke terminal Jayabaya dan meskipun dalam perjalanan ada macet akhirnya kita sampai pukul 9 lebih. Wuah, perut mulas juga ternyata (efek dari cemas nech), namun akhirnya bernapas lega juga dapat Lyn siap berangkat yang akan mengantarkan kita ke Stasiun Pasar Turi. Aku pun ketar-ketir mengingat kecepatan Lyn yang tak bisa diprediksi sembari bilang ke Edi bagaimana nanti kalau terlambat. Tapi untungnya dia memberi ‘pencerahan’ , kalau terlambat bisa naik kereta api dengan tujuan Jakarta yang resikonya harus bayar lebih mahal, padahal harga KRD ke Bojonegoro 2000 perak. Gak papa wez, ini udah resikonya. Sembari berdoa semoga kereta terlambat dan ternyata pak sopir Lynnya langsung tancap gas cepat. Horee…
Akhirnya nyampe stasiun Pasar Turi setengah 10 lebih sempat membuatku syok. Udah kebayang nech, lari-lari kejar kereta yang mulai beranjak. Tapi, untungnya kereta masih terlihat tenang-tenang aja tuch. Segera naik ke gerbong dan omigod! Syok juga melihat bangku kereta sudah penuh dijejali orang-orang. Kita pun lintas gerbong satu ke gerbong yang lain. Padahal Edi sudah mewanti-wanti kalau kita datang awal bisa pilih gerbong kursi empuk. Sekarang, boro-boro dapat kursi empuk bangku kayu pun sudah dijejali orang-orang yang gerah menunggu kereta berangkat. Ketika lintas gerbong, akhirnya masih ada sela di bangku kayu yang bisa kita duduki. Fiuhh…
Tapi, ternyata kereta molor, gak berangkat-berangkat. Panas plus capek dech.. Kelihatan lagi gerbong kepala berangkat sendiri, eh, rupanya mau ada penambahan gerbong. Lalu buru-buru kita persiapan masuk ke gerbong tambahan. Dan ternyata benar! Kita sukses dapat gerbong baru dengan kursi empuknya, wuih, senengnya , padahal kita jelas-jelas terlambat tapi nyatanya masih dapat kursi empuk. Fiuh, lega juga walau harus bergerilya membersihkan kursi yang penuh debu
Dan, usai menunggu sebentar, akhirnya kereta mulai berjalan pukul 10 lebih 5 menit-an
Aku pun siap menikmati perjalanan pertama kali ke Bojonegoro dengan KRD…..
Friend homes
Perjalanan ke Bojonegoro khususnya ke stasiun Sroyo ditempuh sekitar 2 jam-an. Melewati Gresik, Lamongan dan akhirnya masuk wilayah kabupaten Bojonegoro. Aku paling suka duduk di pinggir jendela sebab aku penggemar pemandangan selama perjalanan. Nah, perjalanan kali ini aku tak terlalu excited banget sebab pemandangannya monoton. Rel kereta searah dan sejalur dengan jalan raya ke Bojonegoro sehingga menurutku kurang menggairahkan. Tapi, aku excited-nya di KRDnya sebab banyak yang kita temui dalam gerbong orang-orang yang sibuk. Wuih, merasa sumpek juga sech, tapi untungnya dapat gerbong kursi empuk jadi lebih nyaman dikit.
Stasiun Sroyo merupakan stasiun kecil tempat kita get off usai melewati stasiun Babat dan satu stasiun kecil lagi. Sampai pada pukul 12.10, kita pun menunggu jemputan, begitu Edi bilang kepadaku. Dan beberapa saat kemudian sepupu Edi tlah datang. Kita bertiga pun berboncengan menuju tujuan pertama yakni, rumah Edi yang terletak di desa Sambung Rejo kecamatan Sumber Rejo. Aku tuh orangnya interesting pada desa, padahal aku sendiri asal dari desa tapi gak tau napa selalu senang pada desa apalagi dengan tanah pertaniannya. Dan obsesiku ingin mengunjungi desa-desa di penjuru dunia
Aku pun disambut oleh ‘Dok’ < begitu Edi memanggil neneknya>, hm, unik juga panggilannya. Segera aku istirahat dan kemudian main-main ke sawah di depan rumah Edi. Ini nech yang aku tunggu-tunggu sebab aku selalu senang pada sawah. Sawah di sini ditanami melon, sayangnya ini masa musim tanam jadi gak ada istilah metik melon. Hm, kapan-kapan aku pengen maen ke sana pas panen aja ah.
Begitu Edi sampai rumah ternyata banyak temannya yang kemudian berdatangan. Rupanya kepulangan Edi selalu dinantikan teman-temannya. Ada yang membuatku senang mendengar cerita Edi mengenai organisasi setia hati Terate. Di desa Edi terdapat rantingnya. Edi termasuk warga setia hati Terate (bila sudah lulus ujiannya bisa dikatakan sebagai warga). Aku jadi penasaran dengan Terate karena cerita Edi cukup membuat wajahku wah-wah.
Aku pun merasa ngantuk ketika berkumpul di halaman depan rumah Edi bersama teman-temannya. Kemudian aku disuruh Edi tidur di kamarnya saja. Yup, beberapa saat kemudian aku pun terlelap.
Ketika bangun ternyata mas Hadi sudah datang ke rumah Edi. So, bangun dan persiapan pergi ke rumah mas Hadi yang berada di desa Margoagung. Memang sedari awal sudah aku rencanakan, maen ke rumah Edi dulu baru ke rumah mas Hadi sekalian mengajak Edi menginap di sana. Hm, aku ada rencana juga nanti malam mampir ke rumah Fuad yang terletak pas di tengah kota. Yeah, ternyata Edi juga mengiyakan, siplah! Sesampai di rumah mas Hadi langsung disambut keluarganya kemudian makan sore, hehe.
Usai maghrib aku dan Edi pun pergi ke kota. Begitu dengan mas Hadi tetapi ia ada urusan ujian masuk Terate cabang kota Bojonegoro. Aku pun dibonceng Edi menuju rumah Fuad yang terletak di sekitar alun-alun kota. Dan ini malam minggu juga so pasti di sana rame banget. Perjalan kami tempuh selama 45 menit dari Margoagung. Sesampai di alun-alun ternyata dugaanku benar, di alun-alun sudah rame. Ada panggung musik juga plus banyak kesibukan di sana. Orang-orang jualan dan PKL-nya. Dan yang terpenting aku bisa melihat anak-anak mudanya Bojonegoro di malam mingguan. Di samping barat terdapat masjid agung yang terdapat pula jalan masuk ke kampung penduduknya. Di situ Edi melajukan motornya hingga sampai di depan gang rumah Fuad. Kami menunggu usai sholat isya, sebab kita yakin Fuad pasti masih sholat dan beberapa saat kami pun masuk gang dan di saat itu pula secara kebetulan Fuad juga baru keluar dari musholla dekat rumahnya. Kami pun dipersilahkan masuk rumahnya dan sisambut oleh masnya Fuad. Ortu Fuad juga menyalami kami usai mereka sholat isya. Kami pun ngobrol sejenak juga aku tanya perihal banjir Bojonegoro yang cukup mengagetkan. Di pintu rumah Fuad terdapat bekas ketinggian air sehingga aku bisa mengukur banjir kala itu yang mencapai semeter lebih. Hiiyy, bisa dibayangkan begitu paniknya orang-orang kala itu. Setelah itu kami pun keluar menuju alun-alun. Di sana berlangsung acara band anak muda. Senang juga melihat suasana alun-alun kota Bojonegoro malam minggu seperti ini. Kami pun duduk-duduk di sekitar air mancur kemudian muncul ide gokil untuk ’jeprat-jepret’ (foto-foto) di sekitarnya. Hm, momen menyenangkan nech, kita sebegitu cueknya ambil foto-foto gokil Edi dengan air mancur, hehe..Usai puas, kami pun makan pempek sambil lesehan di pinggir jalan. Ini nech yang kita tunggu-tunggu, sambil makan kita bercerita banyak juga sambil menikmati suasana sekitar. Wuih, seneng pokoknya tapi sayang waktu sudah cukup malam, kami pun kembali ke rumah Fuad. Kami menikmati gorengan sambil melanjutkan obrolan, itung-itung juga melepas lelah. Ketika pukul 21.30 aku dan Edi pun pamit pulang dan Fuad berjanji besok akan berkunjung ke rumah mas Hadi, yup, besok bisa jalan-jalan bareng nech.
Ketika pulang Edi mengajakku ke tempat latihan bela diri Terate yang terletak di desa Wirosobo. Bertempat di lapangan kecil pinggir balai desanya ada anak-anak dan remaja yang sedang memperhatikan dua temannya di depan yang sedanng latihan bela diri. Mereka secara giliran bertarung. Para seniornya menyambut kedatangan Edi yang ternyata Edi juga termasuk kelompok senior juga di sana. Hm, malam dingin dan sepi ini sungguh menakjubkan sambil melihat mereka yang berseragam hitam menunjukkan kemampuan bela dirinya. Mereka bertarung dengan pengawasan para seniornya. Bisa dikatakan ini adalah ujian-untuk bisa lulus menjadi warga setia hati. Kalau begini jadi teringat kemah masa sekolah dulu, ada senior yang melatih para yunior. Tapi ini soal bela diri, aku jadi salut sama mereka karena di saat seperti ini mereka masih mau belajar bela diri. Kalau di desaku adanya pencak silat tapi pencak silat di daerahku cenderungnya sebagai alternatif hiburan sedangkan organisasi Terate adalah salah satu organisasi bela diri yang dipersiapkan sebagai salah satu kemampuan diri. Ada banyak nama kelompok di sekitar sini, di antaranya Kera sakti dan lain-lainnya. Ada cerita menegangkan di balik organisasi seperti ini, yakni mereka bisa bergolak antar kelompok. Cerita kekerasannya gak akan aku ungkapkan di sini. Kami pun menyaksikan latihan mereka hingga berakhir jelang tengah malam. Usai itu pamitan tapi ketika baru beranjak o-ouw kita merasakan ban motor bocor, jadi harus di tambal. Untungnya ada tempat tambal ban tepat di depan balai desa tersebut meski harus bangunin orangnya di tengah malam seperti ini. Lalu kami pun pulang ke rumah mas Hadi yang ternyata mas Hadi belum pulang dan ia baru pulang jelang shubuh.
Keesokan harinya, usai sarapan anak-anak desa pun berdatangan ke rumahnya. Ternyata mas Hadi membuat kursus bahasa Inggris serta menggambar di rumahnya. So, saat itu pun aku bantu-bantu ia. Lalu Fuad menepati janjinya untuk berkunjung ke rumah mas Hadi. Kita pun ngobrol bareng, sayang mas Hadi harus tetap fokus pada anak-anak didiknya. Fuad mengajak Edi untuk berkunjung ke rumahnya. Edi pun mengiyakan. Mereka pun keluar. Usai aku memantau adik-adik kecil mewarnai lumba-lumba aku pun minta izin mas Hadi untuk ke rumah Edi sekalian pamit sama Dok-nya . Tapi di tengah perjalanan tak disangka ternyata motor mas Hadi yang aku kendarai kehabisan bensin. Untungnya motor mogok di dekat orang jual bensin tapi masalahnya dompetku ketinggalan di meja mas Hadi. Hm, gimana nech?! Serta merta aku sms Fuad untuk datang ke tempatku biar aku dipinjami uangnya. Beberapa saat kemudian ia datang bersama Edi. Usai itu perjalanan pun lanjut yakni ke rumah Edi. Begitu sampai duduk-duduk sebentar kemudian aku dan Fuad pun pamit pulang ke Dok-nya Edi. Kemudian Edi mengajak kita jalan-jalan, padahal aku janji pada mas Hadi untuk segera pulang karena dia minta aku untuk demo gambar pada anak-anak kursusnya . Edi membonceng Fuad semenrata aku sendiri dan kami pun melakukan perjalanan melintasi desa-desa serta sawah-sawah yang sedang musim panen padi. Wuih, menyenangkan banget nech meski jalannya sedikit naik turun, berbelok dan tidak semua beraspal. Seru euy!
Usai pamit ke Doknya Edi, kami pun meluncur ke desa-desa mengikuti Edi. Tak tahu kita mau dibawa kemana. Yang pasti jalan di desa-desa makin naik turun dan tidak sepenuhnya beraspal. Aku paling suka melewati jalanan sawah yang bergelombang memecah hamparan sawah luas. Setelah lama tak tahu tujuan Edi kemana akhiirnya Edi berhenti di suatu sawah yang ditanami tembakau. Yup, ini sawahnya Edi dengan papan informasi bahwa pemilik lahan tersebut bermitra dengan pabrik rokok Gudang Garam. Selanjutnya tour the village masih berlanjut. Kali ini masih tidak tahu kemana Edi pergi membawa kami. Namun setelah melewati desa-desa yang menurutku unik kami pun sampai pada sebuah rumah. Ternyata itu rumah bapaknya Edi. Kami disambut dengan hangat sekali. Sebenarnya ngobrol dengan bapaknya Edi sangat menyenangkan tapi ternyata waktu yang selalu menghendaki kita untuk segera beranjak. Siang ini aku harus pulang ke Surabaya dengan KRD yang berjadwal pukul 13.00. Semoga lain waktu aku bisa ke sana lagi tentunya dengan punya banyak waktu untuk jalan-jalan dan silahturahmi. Dan kami pun kembali ke rumah mas Hadi.
Sesampai di sana ternyata murid mas Hadi sudah bubaran. Aku segera berkemas karena sudah pukul 11 lebih. Kita juga makan dulu, lalu sholat Dhuhur kemudian pamit kepada keluarga mas Hadi. Hm, rasanya terlalu singkat sekali silahturahmiku ke rumah mas Hadi padahal kita belum banyak saling cerita. Mas Hadi bilang kepadaku untuk datang lagi lain waktu. Aku pun menyanggupinya, bila ada waktu dan kesempatan aku pasti akan datang ke sana lagi. Dan Fuad juga pamit pulang. Akhirnya, seiring dengan laju motor aku pun say good bye kepada keluarganya hingga rumah mas Hadi tertinggal jauh di belakang. Mas Hadi mengantarku ke stasiun Sroyo. Begitu juga dengan Fuad dan Edi yang turut mengantarku. Ah, aku cukup merepotkan yach.
Ending of this nice moment.....
Kereta belum datang. Orang-orang dengan tujuan sama juga sedang menunggu di bawah rindang pohon di samping bangunan stasiun kecil Sroyo.
Ketika hendak beli tiket kereta ternyata Fuad telah membelikanku tiketnya. Waduh, jadi gak enak nech, merasa telah merepotkan kalian semua. Juga terima kasih untuk oleh-oleh ledre dari mas Hadi. Makasih juga Edi atas kesediaannya aku ajak ke kota malam minggu kemarin. Terimah kasih untuk semuanya. Aku sangat senang sekali. Dan maaf bila telah merepotkan.
Kereta dari arah barat pun tampak mendekat. Aku pun bergegas. Dan aku pun naik ke gerbong yang wow, sudah penuh. Hm, kayaknya harus rela berdiri nech. Fuad, Edi, dan mas Hadi menunggu sampai kereta beranjak. Kami pun berpisah seiring dengan suara keberangkatan kereta yang khas. See you all my good friend.....kenangan ini pasti indah untuk dikenang selamanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

akhirnya liat SM