TRAVELLING
Kali ini bukan cerita PPL tapi tokoh-tokohnya masih orang-orang PPL. Yup, suatu minggu yang cerah kami jalan-jalan ke tempat wisatanya orang-orang Kediri, Gua Selomangleng.
Lebih jelasnya, ikuti tamasya lewat catatan ini...
#sightseeing time
GUA SELOMANGLENG
Sabtu malam teman-teman yang bernama Novi sama Puteri SMS tuk ajak jalan-jalan minggu pagi ke gunung Klotok (sebagian orang Kediri menyebutkan bukit Hollywoodnya Kediri, hehe). Kami (Andi, Hakim juga aku) pun mengiyakan ajakan mereka. Mereka usul ke sana dengan jalan kaki. Kami pun oke-oke saja, malah kami yang khawatir ’apa kuat nanti mereka berjalan?’
Minggu (20/ Juli) pagi-pagi sekali Novi sama Puteri sudah memeringatkan dalam SMS-nya agar segera siap pergi, tapi kami agak teledor. Kami pun jalan cepat keluar kontarakan. Merasa telat kami memutuskan untuk naik becak saja ke perempatan jalan ke Selomangleng. Ada lucunya lho, si Hakim salah memanggil tukang becak, becak yang dipanggil ialah becak untuk pengangkutan sampah, haha, si abang becak cuek saja (cemberut juga dink!) ketika Hakim memanggil-manggilnya, haha. Setelah itu kami pun ngacir sembari menahan malu, tapi untungnya kami segera dapat becak dengan harga yang cukup memuaskan. Andi punya saran, nanti turunnya sebelum perempatan saja (karena cewek-cewek janji nunggunya di perempatan) lalu kami akan pura-pura jalan terburu-buru biar mereka tidak terlalu kesal karena telah menunggu cukup lama, hehe.
Akhirnya mereka marah-marah juga akibat keterlambatan kami. Maap dech!
Kami berempat plus satu temannya Novi ma puteri bernama Elisa, semangat jalan menuju ’The Hollywood of Kediri’. Jalan-jalan pagi sungguh menyenangkan karena selama perjalanan diiringi canda tawa sehingga jarak yang sebenarnya jauh tidak terasa lelah hingga tahu-tahu kami sudah sampai di pertigaan arah naik ke pusat warung kopi gunung Klotok dan arah ke gua Selomangleng. Kami pun memutuskan untuk masuk ke area wisata gua Selomangleng. Ada keinginan masuk ke area water park-nya tapi kami urungkan mengingat tidak ada yang bawa pakaian ganti. Segera pindah tujuan yakni langsung naik tangga ke lokasi gua Selomangleng. Gratiss, yuhuiii!!! (apa karena masih terlalu pagi? Sehingga tidak ada petugas penarik karcis?)
Masuk ke gua langsung tercium bau kemenyan. Gua Selomangleng tidaklah seperti wisata Gua Akbar yang ada di Tuban, di sini cuma terdapat tiga bilik kecil saja. Di dalam gua terdapat relief yang menceritakan kehidupan Dewi Killisuci saat dilamar Prabu Kelono Siwandono Raja Bantar Angin. Juga relief Patih Buto luhcoyo yang setia mendampingi Dewi Killisuci. Tak lupa usai keluar dari gua kami bernarsis-narsis ria alias berfoto, hehe.

(eksyen dulu di sekitar gua Selomangleng)

Dan kami memutuskan untuk sarapan pecel tumpang di sekitar, sayang waktu itu si Novi lagi berpuasa sehingga ia tidak ikut sarapan. Sarapan nasi pecel tanpa tumpang dengan pincukan daun pisang plus teh hangat terasa uueennakk sekalee, pun tak perlu keluar doku banyak, cheap enough!
Usai mengisi perut saatnya melanjutkan perjalanan, itu pun karena si aku yang sekilas melihat ada tangga di kejauhan yang mengarah ke arah puncak bukit sebelah. Jiwa ’eksplorer’ ku (halah!) lalu menuntunku untuk membuktikan bahwa penglihatanku tidak salah. Sementara teman-teman menunggu hasil jelajahku (halah!_lagi-lagi halah!), aku pun sudah sampai di gerbang tangga. Setelah aku perhatikan bukti peresmian tempat tersebut baru aku tahu kalau tempat itu bernama astana Broncolono, serta merta aku pun calling teman-teman untuk segera ke tempatku. Dan kami pun naik tangga menuju puncak bukit. Wow, tangganya benar-benar seru, makin ke atas makin terjal. Tapi apiik banget pemandangannya dari atas. Seru-seru. Asikkk……..(halah!)
Usai lama naik tangga akhirnya kami pun sampai puncaknya juga. Hm, sueger udaranya, juga anginnya berhembus lumayan kencang! Kami istirahat sejenak didataran puncaknya. Menikmati gunung Klotok berdiri terbaring di depan juga melihat kota Kediri dari atas.

(gunung Klotok dilihat dari astana Broncolono)

Usai puas rehatnya kami pun meneruskan jalan ke kuburan Broncolono. Di sana ada pagar tembok yang mengelilingi. Kalau naik ke pagarnya, akan tampak di arah timur ada kota Kediri yang begitu luas dengan sungai Brantas yang membelah kotanya. Wueee......asikk.

(Andi, berada di puncak_astana Broncolono)

Hm, puas rasanya jalan-jalan pagi ini. Kami tadi sudah ke gua Selomangleng, trus dilanjutkan naik ke astana Broncolono. Kini kami pun turun. Capek juga. Tapi kunjungan masih berlanjut. Sekarang ke lokasi museum Airlangga yang masih dalam satu kawasan. Logisnya, usai tadi menyusuri gua (yang berdasarkan cerita merupakan tempat muksa Dewi Killisuci), usai itu menikmati pemandangan dari atas bukit di astana Broncolono, lalu kini saatnya menyusuri sisa-sisa peradaban silam di museum Airlangga.
Museum ini awalnya bernama museum Tirtoyoso, namun sejak pindah ke ke kawasan Selomangleng tahun 1990 berganti nama menjadi museum Airlangga untuk mengenang jasa dan kejayaan raja Airlangga. Di sana ada patung atau arca, alat pertanian, hingga peninggalan masa kejayaan raja Airlangga. Tiket masuknya sangat terjangkau sekali. Sehingga sayang kalau dilewatkan.
Keluar dari museum kami sedikit menikmati sekitarnya. Kebetulan kami melihat ada ayunan dan tempat duduk yang sepertinya enjoy banget kalau rehat sejenak di sana. Cepat-cepat Novi dan Puteri menyerbu ayunan. ’Mengenang masa kecil, hehe’, kata mereka dengan tertawa. Segera mareka bermain dengan pedenya padahal di situ jelas-jelas ada papan peringatan kecil yang isinya ayunan itu boleh dipakai anak-anak saja, so tidak lebih usia berkepala dua seperti duo temanku, hwahaha. Ah, biarkan mereka senang-senang (hahahaha, becanda kok, it’s ok kalau duo temanku pakai). Aku sebenarnya ingin duduk di bangku semen yang teduh. Tapi tiba-tiba aku menyingkir sebab ada seseorang yang rupanya telah ada di sana jauh sebelum kedatanganku, dan orang itu mengingatkan kejadian mengejutkan di terminal Kertajaya (ada di cerita ’PPL The Begin’). Yupz, ada (maaf) ogil. Hwaa...masih ada refleks traumatis bagiku. Segera aku menjauh ke tempat bermainnya Novi padahal jarak bangku ke ayunan berdekatan. Segera aku menghibur diri dengan mendorong laju ayunan Novi dengan cepat sampai-sampai Novi histeris! (halah, hehe). Saat ayunannya melaju cepat aku memberi tahu ke arah ogil (saat itu ia sedang ngomong sendiri dengan sedikit intonasi membentak-bentak) otomatis Novi dan kawan-kawan ketakutan dan meminta sangat kepadaku untuk menghentikan laju ayunannya, tapi aku tak segera melakukannya (sengaja memang begitu rencanaku, hehe ;-D). Kemudian setelah kami tenang, sedikit kami perhatikan ucapan-ucapan ogil itu, aku berpikir sepertinya orang itu mengalami gangguan jiwa karena tertekan oleh perlakuan orang yang disayangi, kasihan sekali. Ogil ini masih mending dibanding yang ku temui tempo hari yang membuatku lari terbirit-birit. Lalu karena khawatir ogil nanti menjadi-jadi kalau kita perhatikan terus, kami pun beranjak ke jalan yang kanan-kirinya banyak menjual macam-macam barang. Sayangnya, menurutku gak ada yang benar-benar menarik jadi memutuskan tidak beli. Kecuali Andi yang beli beberapa cangkir yang katanya dia suka mengkoleksi cangkir dari tempat-tempat yang di kunjunginya.
Akhirnya kami pulang. Matahari kelihatan tinggi dan sudah terasa panasnya sehingga Novi, Puteri serta Elisa memutuskan untuk naik lyn menuju kosnya. Sedangkan kami memutuskan jalan ke kontrakan kami yang berada di daerah Campurejo, lumayan jauh euy! Namun kami kan berjiwa petualang (halah!) maka kami pun mencari jalan alternatif hingga kami sukses melewati desa-desa asing lalu belok ke jalan setapak melewati kandang-kandang kambing (maksa banget ya jalan terobosannya) kemudian menyeberangi sungai hingga sampai area pemakaman Tionghoa (sempat bingung juga ambil arah mana) lalu melewati lahan tebu dan jagung dan terdamparlah kami di daerah perumahan yang sepertinya kami menemukan titik terang. Dan tetap lanjut, jalan,jalan dan jalan terus ,walau sempat kelelahan banget_ hingga kami sampai di perempatan dekat kontrakan, cihuy!
Sesampai di kontarakan langsung tak berdaya, tapi senang dan puaaassss sekaleee!!!

Komentar

Anonim mengatakan…
beuuuhhh ndak pernah apdet, tiba2 apdet borongan gini. ndak patah tu jari-jarimu. klo posting mbok ya yang simple, singkat, jelas padat dan berisi ae. ndak perlu panjang2, entar malah males mbacae. sukses de buat anam
Anonim mengatakan…
tuw dengerin petuah eros jarot! hekekeke...

Postingan populer dari blog ini

akhirnya liat SM

go to Bojonegoro